Cerita Tentang Rokok

22 Mei 2015
Suatu hari di kala waktu kuliah kosong menanti, gue bersama 2 teman gue yaitu, Diki dan Akid memutuskan untuk menunggu waktu kuliah berikutnya dimulai dengan beristirahat dan berbaring-baring  di kostan teman yang bernama Rendi.

Kosnya memang nggak begitu jauh jaraknya dari kampus, kalau dihitung-hitung sih sekitar 500 m, mungkin malah kurang. Berhubung jarak kostnya yang cukup deket sama kampus, terus biasanya jadi basecamp sampingannya teman-teman (hehe..) plus yang punya kamar ngizinin, kami memutuskan untuk singgah ke kosnya tersebut.

Sesampainya di kostan, di antara kami terpecahlah ke dalam 3 aktivas yang berbeda, di antaranya ada yang berbaring di atas kasur sambil bergumul dengan handphone imutnya, yaitu Diki. Kemudian adapun yang hanya terduduk di dekat pintu sembari plonga-plongo mencari AC (Angin Cepoi-Cepoi), yaitu gue sendiri (hehehe...). Dan yang terakhir adapun sedang bergulat melalui permainan ngetren anak kos yang dinamakan PES, yaitu Akid dan Rendi.

Awalnya sih waktu itu suasana rasanya adem-adem aja, sampai tiba-tiba timbulah sebuah pergulatan yang mulai memanaskan suasana. Ya, pergulatan, bukan pergulatan fisik yang sebenarnya, hanyalah pergulatan kata-kata. Pergulatan yang dimulai dari percakapan antara Rilo dan Andre...

Akid    : Woe kid, rokok itu bahaya nggak?
Rendi : Ya jelas lah!
Akid    : Rokok itu seharusnya dilarang nggak?
Rendi : Kalau menurut gua sih seharusnya ya harus.
Akid    : Nah, maka dari itu gua ngerokok, tujuannya buat ngurangi jumlah rokok di dunia. pacman emotikon
........

Pergulatan mereka ini berlangsung lumayan sengit dan cukup seru, sampai berakhirlah dengan sebuah guyonan yang menjadi ciri khas sekaligus bakat terpendam si Akid, yang tentu membuat kami nguekek (ketawa), wkwkwkw....

Memang tak dapat dipungkiri, Akid adalah seorang perokok aktif begitu pula dengan Diki, sedangkan Rendi tentu bukan. Tentulah tak dapat dipungkiri sering terjadi perbedaan pendapat di antara mereka (Akid dan Rendi) mengenai rokok. Mendukung dan menolak, begitulah biasanya terjadi. Kemudian, apakah gue membantu Akid? Apakah Diki membantu Rendi? Ah, tentu tidak, kami berdua hanya menikmati pergulatan sembari candaan dari mereka berdua, hehehe...

Ya, jika dilihat dari dua sudut pandang antara perokok dan bukan perokok, memanglah sering ditemui perbedaan. Selain itu rokok pun memiliki sisi yang berbeda.



Di satu sisi rokok memanglah suatu hal yang memiliki dampak merugikan bagi penggunannya, terutama bagi kesehatan. Dan inilah yang paling sering kita jumpai, begitu pun sudah tertera di bungkusnya.

Bukan hanya berdampak pada kesehatan, dampak lain pun ada, seperti misal dampak ekonomi. Dari segi ekonomi, seseorang yang dalam waktu sehari yang seharusnya dapat mengumpulkan uang sekitar 50 ribu rupiah dan dapat digunakannya untuk membeli makan, minimal dengan lauk ikan, sayur dan mungkin susu, kemudian hanya dapat membeli lauk sayur karena hasil uang lainnya digunakannya untuk membeli rokok. Hal ini otomatis juga akan berdampak pada keluarganya, terutama gizi anaknya.

Dan di satu sisi lain pun bagi perokok, merokok itu sudah menjadi hal wajar yang baginya membudaya. Bukan hanya membudaya, namun juga melengkapi, melengkapi apa? Melengkapi kehidupan sehari-harinya. Jika si perokok telah terbiasa di pagi hari mengawali harinya dengan sebatang rokok, di hari berikutnya akan seperti itu, dan jika itu tak dilakukannya, baginya itu seperti sayur tanpa garam, hambar begitu mungkin rasanya. Inilah yang kadang membuat para perokok untuk sulit lepas dari kegiatan merokok, karena telah terbiasa menjadi kebiasaan.

Bukan hanya itu loh, rokok bagi kehidupan sebuah wilayah misalnya. Ini dapat terlihat dari jumlah pajak yang diterima pemerintah dari sektor rokok. Hal inilah yang kadang membuat pemerintah menjadi galau ketika akan membuat keputusan tentang dilarangnya rokok.

Jika rokok dilarang, maka itu pun hanya sama saja mengurangi kesejahteraan masyarakat. Pasalnya kini banyak orang bergantung pada kegiatan ekonomi di bidang ini. Masih banyak orang yang bekerja di pabrik-pabrik rokok. Jika dilarang, ini sama saja mematikan ekonomi masyarakat bahkan pun negara. 

Menurut gue sih, merokok atau tidak merokoknya seseorang itu cuman dia sendirilah yang menentukan. Toh jika sudah kecanduan pun yang rugi juga mereka. Yang sakit juga mereka.

12 komentar:

  1. Susah feb jelasin bahaya rokok ke pecandu. Mereka ngacanya sama yang ngerokok tp tetep sehat. Bukan ke yang ngerokok dan kena kanker :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga sih, duh duh kalo diribet-ribetin jadi tambah ribet ya..

      Hapus
  2. Di keluarga gue nggak ada yang perokok. Alasannya simple tapi dalem. "Nggak mau kehilangan orang orang dicintai cuma gara-gara ngirup asap rokok.".
    Sayang ya mereka yang pecandu. Dibilangin juga sulit diberhentiin pasti katanya. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, bagus dong kalau gitu. Barunya nama keluarga sehat, saluuttt saluutt.. :D
      Menurut gue sih nggak masalah mereka pecandu atau bukan, yang sakit juga mereka, dan yang dapet penyakit juga mereka. Apakah betuul?

      Hapus
  3. ngahahaha.. kalo udah nyandu mah, perokok bakal susah diingetin. Yang ada malah nasehat kita dibolak-balik.. eh.. kitanya yang jadi salah :v *truestory

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ada juga kejadian kayak gitu, padahal cuma ngingtein doang tapi yang diingetin ngebentak yang ngingetin. Kadang dunia itu keras, haha :D

      Hapus
  4. Merokok atau nggak itu sih urusan pribadi masing-masing.
    Mending ngaca dulu biar bisa introspeksi diri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah benar, makanya ga usah dihirauin aja mereka yang pecandu rokok itu. Toh itu hidup mereka..

      Hapus
  5. Seharusnya asap kendaran itu juga di larang bro, sama-sama bahayanya soalnya. saya pribadi nga pro rokok, tapi ya jangan di kambing hitamkan terus rokok itu. Kota gw bisa collapse kalo rokok dilarang produksi (kota kediri)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asap kendaraan mah udah lumrah, tapi rokok ini nih... aahh sudahlah.

      Hapus
  6. haha itu si Akid cerdas. Dan, itu kalimat terakhir jadi nggak valid kalo perokoknya suka nyemburin asep rokok ke temennya. Kan suka ada yang begitu. -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, ada juga yang kayak gitu. Temen gue aja nyemburin rokok ke gue gue tonjok wajah nya, atau gue matiin tuh api rokok ke jidadnya dia. Haha :D

      Gue mah gitu orangnya

      Hapus